Senin, 02 Mei 2016

CINTA??

                         Cinta??    
              Oleh: Irmayul Afifah
     
          


     “Ray, aku ingin tahu. Menurut pendapat kamu, Cinta itu apa??” tanya Mariya yang membuat Rayhan terperanjat.
     “Maksud kamu apa??” ucap Rayhan balik bertanya.
     “Yah, maksud aku bukan apa-apa. Tapi maaf kalau aku tidak menerima cinta kamu,” jawab Mariya.
     “Loh, memangnya kenapa?? Apa salah aku Mar?? Tolong jelaskan kenapa kamu tidak menerima cintaku,” ucap Rayhan.
     “Kamu tidak salah apa-apa, Ray. Tapi, makna sebuah cinta saja kamu tidak tau, bagaimana nanti kita menjalaninya. Aku tidak mau itu semua terjadi, jadi sebaiknya kita berteman saja dulu,” jawab Mariya.
     Mereka berdua saling terdiam sesaat sampai akhirnya Rayhan angkat bicara.
     “Udah sore, ayo kita pulang!!” ucap Rayhan memecah kekosongan di antara mereka berdua.
     Mariya hanya mengangguk menanggapi ucapan Rayhan. Kemudian mereka berdua beranjak dari tempat tersebut.
                                  ***
     Ray, aku ingin tahu. Menurut pendapat kamu, Cinta itu apa??
     Yah, maksud aku bukan apa-apa. Tapi maaf kalau aku tidak menerima cinta kamu.
    Kamu tidak salah apa-apa, Ray. Tapi, makna sebuah cinta saja kamu tidak tau, bagaimana nanti kita menjalaninya. Aku tidak mau itu semua terjadi, jadi sebaiknya kita berteman saja dulu.
     Ucapan Mariya masih terngiang dan melekat dalam otak Rayhan. Dia masih tidak mengerti apa maksud dari ucapan Mariya tersebut. Sepertinya, Mariya masih tidak percaya dengan cinta Rayhan yang sangat tulus kepadanya.
     “Apa yang harus aku lakukan lagi kali ini ya Allah, untuk bisa meyakinkan Mariya kalau aku benar-benar mencintainya,” guman Rayhan pada dirinya sendiri.
     Tak berapa lama Adzan magrib berkumandang. Rayhan segera sadar dari lamunannya dan bergegas mengambil air wudlu dan melakukan shalat magrib.
                                  ***
     Rayhan menyusuri lorong yang ramai oleh mahasiswa dan mahasiswi. Mereka sepertinya sedang sibuk mendiskusikan pelajaran hari ini. Sehingga membuat Rayhan lebih nyaman berjalan di antara mereka. Dia terus menyusuri lorong sampai tiba di atap kampus.
     Dengan suasana yang damai dan nyaman. Rayhan duduk di salah satu kayu dan dia menyangga kepalanya sambil memandang atap-atap rumah yang berjejer di bawahnya. Angin sepoi-sepoi menerbangkan rambutnya, membuat suasana hantinya sedikit lebih nyaman. Baru beberapa menit Rayhan tiba di tempat tersebut. Tiba-tiba Mariya juga datang. Dia sedikit kaget melihat Rayhan yang sudah ada di tempat tersebut.
     “Rayhan!!”
     Rayhan membalikkan badannya dan dia melihat Mariya sedang berdiri di belakangnya.
     “Mariya?? Sedang apa kamu di sini??” tanya Rayhan.
     “Kamu sendiri sedang apa?” ucap Mariya balik bertanya.
     “Aku?? aku sedang ..... menikmati pemandangan di sini,” jawab Rayhan.
     “Oh.”
     “Kalau kamu, kenapa kamu kesini?” tanya Rayhan.
     “Aku? Yah aku ke sini karena aku suka pada tempat ini,” jawab Mariya. “Di sini aku bisa dengan leluasa menikmati pemandangan yang indah dan damai yang tak pernah aku lihat ketika aku berada di rumah, dan suasana seperti inilah yang bisa membuat hati aku sedikit lebih nyaman dan tenang,” tambahnya.
     “Oh ya??”
     “Iya. Kamu mau tau, bagaimana caranya aku bisa menghilangkan semua masalah yang membebani otak ku??” ucap Mariya.
     “Bagaimana caranya?” tanya Rayhan sambil melihat Mariya memejamkan matanya.
    “Itu mudah. Kamu tinggal memejamkan matamu, rasakan setiap hembusan angin yang menerpa wajahmu. Kemudian katakanlah semua masalah yang sedang kamu hadapi di dalam hati kamu, insya Allah nanti kamu akan mendapatkan sebuah jawaban atau penyelesaian atas masalah kamu itu.” Mariya membuka matanya kembali dan memandang sekilas ke arah Rayhan. Dia kembali memandang berjejer atap rumah di depannya.
     “Sepertinya mudah ya??” tanya Rayhan.
     “Itu mudah sekali. Kamu juga bisa mencobanya jika kamu punya masalah yang membebani otak kamu.”
     “Iya, aku pasti akan mencobanya nanti.” Rayhan menatap Mariya sambil tersenyum.
     “Aduh, aku harus pergi. Hari ini aku ada pelajaran, sampai ketemu lagi ya, Ray.”
     Maria tersenyum kepada Rayhan dan kemudian dia meninggalkannya sendirian. Setelah Mariya pergi, dia masih memikirkan ucapan Mariya dan mencoba mempraktikan ucapan dari Mariya.
                                    ***
     “Habis ini, kamu ada jam tambahan enggak?” tanya Rayhan setelah mereka berdua selesai makan siang di kantin kampus.
     “Em ... sepertinya enggak. Memangnya kenapa?” Mariya balik bertanya.
     “Aku ingin ngajak kamu ke atap kampus, kamu mau kan?” tanya Rayhan dengan bersemangat.
     “Ayo! Sepertinya aku juga ingin kesana,” jawab Mariya.
     Mereka berdua berjalan menuju ke atap kampus yang cukup luas.
                                    ***
     Mereka berdua duduk di salah satu kursi yang terbuat dari batu bata. Sebuah angin sepoi-sepoi menyambut kedatangan mereka berdua. Seakan-akan mengira bahwa mereka berdua adalah sepasang kekasih yang ingin memadu kasih di tempat tersebut.
     “Indah banget ya tempat ini,” ucap Mariya sambil tersenyum melihat rumah dan lalu lintas di bawah mereka.
     Rayhan hanya menatap wajah Mariya yang begitu ceria dan berbinar. Kemudian dia kembali melihat pemandangan yang ada di depannya.
     “Kenapa kamu diam, Ray??” tanya Mariya.
     “Aku sedang berpikir,” jawab Rayhan.
     “Berpikir?? Berpikir tentang apa?” tanya Mariya yang masih bingung.
     “Berpikir tentang arti sebuah cinta,” jawab Rayhan sambil memandang bola mata Mariya yang bercahaya bagaikan bintang di langit.
     Mariya hanya terdiam dan mengalihkan pandangannya pada sebuah rumah yang berbentuk joglo. “Hey lihat, rumah itu aneh ya?”
     “Iya, rumah itu aneh seperti hati ini ketika aku melihat kamu dan berada di dekat kamu,” jawab Rayhan.
     “Maksud kamu apa sih Ray? Aku kan bicara tetang rumah, bukan hati.”
     “Mariya, aku benar-benar mencintai kamu. Dan sekarang, aku akan menjawab pertanyaan yang penah kamu ajukan dulu kepada aku,” ucap Rayhan. “Cinta itu ungkapan rasa suka.”
     “Jawaban kamu masih salah Ray,” ucap Mariya. “Cinta itu tidak bisa kita ungkapkan dengan menggunakan kata-kata, akan tetapi hanya bisa kita rasakan.”
    “Kamu benar Mar, cinta itu tidak bisa kita uraikan menggunakan kata-kata akan tetapi hanya bisa kita rasakan dan kita jaga,” ucap Rayhan sedikit kecewa karena jawabannya kurang tepat.
    “Tak apa, Ray. Setiap manusia tidak ada yang sempurna, jadi kamu enggak perlu khawatir.” Mariya tersenyum kepada Rayhan. “Jika aku tidak bisa menjadi pacar kamu, aku masih bisa menjadi sahabat kamu kan??”
     “Iya sih, tapi itu beda.”
     “Apa bedanya?? Pacar sama sahabat?? Mereka toh sama-sama ada dan mendampingi kamu kan, malahan sahabat lebih berjasa dari pada pacar. Lagi pula dalam Islam enggak ada tuh kata pacaran, tapi adanya Ta’aruf,” ucap Mariya.
     “Ta’aruf??” tanya Rayhan.
     “Iya. Jika kamu benar-benar mencintai aku, pakailah cara yang sesuai dengan Syar’i yaitu Ta’aruf,” jawab Mariya.
     “Benarkah itu Mariya?? kamu akan menerima cinta aku asalkan aku melakukan Ta’aruf untuk kamu??” tanya Rayhan yang berbinar-binar.
     Mariya mengangguk dengan bersemangat dan tersenyum kepada Rayhan. Dengan penuh kegembiraan, Rayhan berteriak dan melompat-lompat. Mariya yang melihatnya hanya bisa tertawa geli.
    
                             SELESAI